“Vernon, kenapa ya aku susah banget dapet teman?”

“Kenapa kamu nanya kayak gitu?”

“Ya gitu.. Setiap aku ketemu orang baru sampai nyaman banget, ternyata dia gak nyaman sama aku dan aku ditinggalin. Apa personaliti aku jelek sampai orang gak betah sama aku?”

“Gak kok. You have good personality, Seungkwan.”

“T-tapi ...”

“Gini, kwan. Sifat manusia itu selalu gak merasa cukup. Setiap hari akan dipertemukan sama yang baik dan lebih baik lagi menurut dirinya.”

“Hmm... Aku cuma butuh teman kok dan gak mau dia pergi ninggalin aku.”

“Seungkwan, hidup orang lain gak berputar di kita doang. Ada saatnya orang lain menentukan hidupnya harus berputar pada siapa yang sebenarnya sangat baik buat sisa hidupnya.”

Hening sejenak di antara keduanya.

“Seungkwan, satu motto hidup yang belum pernah aku sampaikan ke kamu. Aku selalu percaya sama Tuhan kalau orang itu baik buat aku, dia selalu bertahan sama aku. Kalau orang itu gak baik buat aku tapi aku maksa dia adalah yang terbaik, cepat atau lambat Tuhan matahin hati aku biar aku sadar.”

Seungkwan terdiam.

“Udah berapa kali kamu patah hati, kwan?”

“Tiga.”

“Ujung-ujungnya kamu cerita sama aku, kan?”

“Iya...”

“Kalau aku sih udah capek ya, kwan. Aku udah gak nyari-nyari yang baik dan lebih baik lagi.”

“Kenapa?”

“Aku udah bersyukur kamu masih bertahan sama aku dan aku juga bertahan sama kamu.”

“Maksudnya?”

“Kamu mau gak nikmatin sisa hidup bareng aku?”

“Aku?”

“Iya. Aku sadar, hidup kamu selalu berputar di aku. Tapi kamu gak pernah sadar aku juga selalu berputar dihidup kamu.”